1.1 Pembaruan Pemikiran Islam
Arti dari pembaruan itu sendiri adalah memperbaiki sesuatu yang lama
menjadi yang lebih baru. Istilah ini kemudian masuk ke dalam kajian keislaman
seiring dengan masuknya budaya Barat ke wilayah Timur.
Pembaruan Pemikiran Islam mengandung arti pikiran, aliran, instuisi -
instuisi lama, gerakan dan usaha untuk mengubah pemahaman lama mengenai agama,
dan sebagainya untuk disesuaikan dengan ilmu pengetahuan modern.
1.2 Harapan dari Pembaruan Pemikiran Islam
Pembaruan Pemikiran Islam membutuhkan 4 Hal supaya
pembaruan tersebut dapat tercapai :
a)
Pemahaman Islam secara lebih intelektual dan
rasional. Hal ini dibutuhkan karena keadaan manusia yang menjadi sangat
rasional dan intelektualitas dan keperluan untuk memunculkan islam sebagai
alternatif terhadap berbagai
kepercayaan.
b) Pemahaman
Islam yang lebih modern. Pemahaman islam seharusnya tidak sekadar menempatkan
agama hanya sebagai pelengkap penderita.
c) Setiap
gagasan pembaruan pemikiran itu tetap menjadikan Al-Qur’an dan Hadits sebagai
darah, nafas dan jantungnya.
d)
Rencana dalam pembaruan tidak hanya bergerak
dalam pemikiran saja, tetap ada yang
bergerak dalam bidang pembaruan fisik pembangunan dan pembaruan moral dan sikap
beragama.
1.3 Relevansinya Bagi Pembangunan di Indonesia
Dalam pembaruan ini ada beberapa hal yang dapat
diberikan terhadap pembangunan bangsa berkaitan dengan Pembaruan Keislaman,
Yaitu:
a) Pemahaman Agama, dalam pembaruan keislaman
dibutuhkan Pemahaman Agama yang lebih rasional. Pembaru Islam menekankan dengan
kuat sekali agar umat islam tidak terjebak dan mengikuti taqlid buta terhadap
para pendahulu. Hal tersebut dapat menyebabkan beberapa hal yaitu tidak beraninya untuk Ijtihad dan
tidak berkembang.
b) Pembaruan Pemikiran Islam, hal yang kedua ini
adalah Pembaruan Pemikiran Islam yang menawarkan kesadaran pluralistik
(keragaman pendapat, pemahaman) secara tulus.
c) Menekankan Dinamika Manusia, Pembaruan
Keislaman menekankan dengan kuat tentang Dinamika Manusia, bahwa Manusia punya
peran penting dalam hidupnya dan tak mudah menyerah dari takdir.
d) Menekankan Penguasaan Ilmu dan Teknologi,
Pembaruan Keislaman menekankan dengan kuat tentang Penguasaan Ilmu dan
Teknologi dan menganjurkan kita belajar dari orang-orang ternama di berbagai
belahan bangsa di dunia.
e) Memiliki akar teologis yang jelas, dari Pembaruan-pembaruan yang diatas adalah
Upaya untuk meraih kemajuan bersama Al-Qur’an dan Hadits. Artinya, gagasan
pembaruan itu memiliki akar teologis yang jelas dalam kitab suci agama.
ISLAM DAN FUNDAMENTALISME
Di Akhir Abad 20 mulai muncul keberagaman baru di
kalangan umat beragama yang disebut Fundamentalisme. Fundamentalisme muncul
saat situasi konflik antar budaya Urban dan budaya Pedesaan dalam sejarah
Amerika Serikat pada Pasca perang dunia 1, yang bersamaan muncul dengan situasi
depresi nilai-nilai agraris dalam proses industrialisasi dan urbanisasi.
Bentuknya yang agresif sering muncul di daerah yang terisolasi dan hanya
sedikit yang mendapat simpati masyarakat kota.
Fundamentalisme merupakan gerakan reaksi terhadap
pola peradaban yang diakibatkan proses industrialisasi dan urbanisasi atau bisa
disebut juga Gerakan yang menentang modernisme yang menerima perubahan sosial.
Fundamentalisme juga menentang Pemikiran ilmiah yang mendasarkan diri pada
penalaran dan arus sekularisme.
Ciri utama Fundamentalisme adalah interpretasi
mereka yang rigid atau keras dan literalis terhadap doktrin agama. Yang dilatarbelakangi penafsiran untuk
menjaga kemurnian doktrin dan pelaksanannya dan penerapan doktrin secara utuh
merupakan satu-satunya cara dalam menyelamatkan manusia dari kehancuran.
INTELEKTUAL RABBANI INDONESIA
3.1. Siapakah Intelektual
Rabbani
Intelektual berarti cerdas, berakal, dan berpikiran jernih berdasarkan
ilmu pengetahuan; mempunyai kecerdasan tinggi; cendekiawan; totalitas
pengertian atau kesadaran, terutama yg menyangkut pemikiran dan pemahaman.
Sedangkan Rabbani berasal dari kata Rabb (Allah Ta'ala), oleh
karenanya orang yang Rabbani adalah orang yang selalu menisbatkan, mengorientasikan
dirinya pada Allah Ta'ala.
Dalam Al-Qur’an ditekankan intelektual rabbani dapat dipahami sebagai
intelektual orang terpelajar yang memfungsikan akalnya dalam Memikir,
Menganalisis, Merenungkan Fenomena Alam dan Kehidupan serta dalam mencari pemecahan
setiap masalah yang dihadapinya.
3.2 Landasan Intelektual
Rabbani
Paling tidak ada 4 landasan berfikir yang
senantiasa semestinya digunakan intelektual rabbani :
a) Sikap ilmiah dan
objektif
b) Sikap tauhid
c) Sikap khilafah
d) Sikap tanggung jawab
moral
Kemudian paling tidak ada 3 landasan aksi yang
dimiliki oleh seorang intelektual rabbani:
a) Kebebasan menetapkan keputusan demi
masadepannya yang lebih baik
b) Kebebasan berfikir
c) Menegakkan zikir
3.3. Intelektual Rabbani Indonesia
Intelektual rabbani di indonesia biasa disebut
cendekiawan muslim, sebutan untuk organisasinya disebut ICMI (Ikatan
Cendekiawan Muslim Indonesia).
Ada tiga alasan bagi kita kenapa membicarakan
intelektual tersebut :
a. Dari sejarahnya bahwa intelektual
menempati posisi yang sangat strategis dalam perkembangan setiap bangsa.
Terutama sains dan teknologi modern yang melakukan perubahan.
b) Dari sejarahnya bahwa mayoritas
penduduk Indonesia beragama Islam sehingga tindakannya kepada bangsa ini
dianggap paling bertanggung jawab.
c) Sejalan dengan perkembangan dunia
yang semakin modern, peralihan dari masyarakat agraris ke masyarakat industri
yang digerakan ilmu dan teknologi berimplikasi pada pola pikir yang rasional
yaitu menghargai waktu dan etos kerja.
3.4 Intelektual Muslim dan
Pembangunan
Deliar Noer merumuskan intelektual muslim atau
cendekiawan muslim dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a) Mandiri,
b) Kritis dan
terbuka,
c) Mempunyai
pendirian yang teguh,
d) Peduli
masyarakat,
e) Tidak mengikuti arus,
f) Tidak tergiur oleh berbagai godaan dunia,
g) Tidak hidup terisolasi dan
h) Menghargai pendapat orang lain .
Agar peran intelektual rabbani tetap terjaga
kelangsunganya maka mereka sangat dibutuhkan kemampuan mengembangkan sikap ;
a) kesadaran dan
kemauan yang tinggi,
b) adanya
persiapan dan bekal intelektualitas yang memadai,
c) kemampuan
menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan
d) sikap responsif
dari persoalan bangsanya,
e) dapat berfikir
jernih dan objektif.
Dalam visi Al qur’an juga ditegaskan sebagai berikut ;
1) menyampaikan informasi keilmuan kepada
masyarakat tentang pengembangan dirinya,
2) menjelaskan bagaimana islam harus dijadikan
pedoman hidup dan mampu pula menjelaskan bahwa agama ini dapat menawarkan kebahagiaan
dan kesuksesan.
0 komentar:
Posting Komentar